Jumat, 24 Februari 2012

esai film di bawah lindungan ka'bah

-Tempo dulu yang kolot-

DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH- Bunya Hamka

Religi adalah kehidupan keagamaan. Agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan setiap menusia sebagai pedoman. Tetapi semua tetap ada batas-batas dan juga kebebasannya.

Di Bawah Lindungan Ka'bah (DBLK) adalah film berlatar belakang religi tempo dulu, dimana masyarakat-masyarakat pada masa itu masih bersifat kolot atau konservatif dan masih menjunjung tinggi nilai adat dan syariat islam. Film tentang percintaan antara Hamid dan Zaenab ini benar-benar bisa membuat orng yang menontonnya tersedu sedan karena filmnya yang memang mengharukan. Ada dua bagian mengharukan dalam film ini. Yang pertama saat Hamid dibuang keluar dari kampung karena caranya dalam menolong Zaenab yang dianggap kurang sopan menurut masyarakat. Yang kedua, ketika Hamid berada di Ka'bah, kemudian ia meninggal, sedangkan Zaenab sendiri juga meniggal di Padang karena sakitnya yang datang setelah ditinggal Hamid. Keduanya meninggal disaat yang bersamaan.

Dalam film ini dijelaskan tentang sulitnya sebuah ilmu untuk ditempuh, sehingga hanya orang-orang yang terbaik saja yang bisa lulus. Di dalam kelas Hamid misalnya, di kelasnya saja dari sekitar dua puluh siswa yang dikatakan lulus hanya tiga orang. Bandingkan dengan keadaan zaman sekarang. Bagaimana jika ada sebuah sekolah yang muridnya hanya lulus tiga orang, mereka pasti akan sangat malu. Maka sekolahan dengan cara apapun, tak peduli halal haram, pasti berusaha untuk meluluskan siswanya seratus persen. Seperti inilah keadaan lingkungan pendidikan kita. Akibatnya banyak orang yang memilki gelar sarjana, tetapi sebenarnya ia tidak mempunyai kemampuan di bidangnya. Inilah ironi pendidikan di negeri kita. Penuh kepalsuan.

Ia juga bercerita tentang ketulusan seorang ibu kepada anaknya. Sehingga setiap upah yang diterimanya selalu dibelikannya emas, itu diperuntukan bagi anaknya kelak. Ia rela bekerja kepada seorang kyai walaupun tubuhnya sudah tua dan sering sakit-sakitan, demi sekolah anaknya. Ia rela, ia ikhlas. Benar-benar bukti ketulusan dari seorang ibu sampai di usia tuanya. Ibu adalah orang yang merawat kita, ia yang menjaga kita saat kita dirundung masalah. Ia adalah orang yang bisa memasak makanan kesukaan kita. Ibu adalah orang penting dalam hidup kita, maka hormatilah ibu. Seperti dalam sunah nabi, ketika beliau ditanya tentang siapa orang yang harus dihormati. Dan beliaupun menjawab "ibu" sampai tiga kali dan baru yang keempat "bapa'". Ini membuktikan tingginya derajat seorang ibu. Hal ini wajar karena menjadi seorang ibu memang sangatlah berat, mereka harus membawa kita selama kurang lebih sembilan bulan lamanya, serta sulitnya proses persalinan. Ia juga harus menyusui kita, memberikan apa yang kita mau, dan mereka menangis di malam hari agar kita tidak tahu. Untuk meratapi sulitnya hidup. Jadi sudah kewajiban kita untuk mmbahagiakannya, tidak hanya menyulitkannya.

Dalam film ini terdapat berbagai kejanggalan, seperti dalam adegan Zaenab yang yang berlari-lari di pinggir pantai. Terlihat tawa Zaenab yang tampaknya dipaksakan. Kemudian saat Hamid dan Zaenab bermain hujan di pasar. Dengan tiba-tiba ada anak-anak yang bermain-main mengitari mereka, jika benar-benar diperhatikan itu sungguh tidak logis. Bayangkan saja, saat mereka berdua bermain-main tiba-tiba saja ada anak-anak, tanpa sebab yang jelas mereka mengelilingi Hamid dan Zaenab. Aneh. Lalu adanya produk-produk abad dua puluhan, seperti Gary Chocolatos, kacang atom dan garing merk Garuda. Padahal sudah pasti produk-produk makanan seperti itu belum ada pada masa itu. Tampak sutradara yang memaksakan untuk menghadirkan produk-produk sponsor, ini menyebabkan hilangnya kekhidmatan penonton dalam menyaksikan film DBLK.

Itulah sekelumit hal tentang film DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH.

Angga Ika W.
BLC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar